
Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau SURGE Yune Marketatmo mengatakan penetrasi internet broadband di tengah masyarakat masih rendah, dengan kecepatan yang stagnan. Bahkan kini, kecepatan internet Indonesia paling rendah kedua se-ASEAN.
Padahal, untuk memaksimalkan era internet of things (IoT) dibutuhkan kecepatan internet minimal 100 mbps.
“Saya diskusi dengan APJII, broadband penetrasinya kurang dari 15%, kecepatan internetnya masih rendah. Kecepatan internet kita urutannya tidak naik dari 6 ke 9, dari 10 negara ASEAN,” kata Yune dalam CNBC Indonesia Tech and Telco Summit 2025, Jumat (21/2/2025).
Dia menegaskan SURGE memiliki misi untuk meningkatkan penetrasi internet dan broadband di Indonesia. Dengan terbukanya akses internet, maka perekonomian pun dapat bergerak dan mencapai target 8%. Dengan akses internet, masyarakat bisa mengakses layanan keuangan hingga pendidikan.
“Dengan layanan fix broadband, kita harus menyediakan internet dengan kecepatan internet bagi mereka untuk bisa mengakses pendidikan online hingga kesehatan,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Kementerian Komunikasi dan Digital ingin membangun infrastruktur internet hingga ke tingkat kecamatan agar warga Indonesia bisa menikmati jaringan yang cepat dengan harga terjangkau.
Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Komdigi Denny Setiawan mengatakan bahwa pemerintah menyadari bahwa akses internet di Indonesia belum optimal.
“Indonesia ingin jadi pemimpin di AI, syarat leading AI, enggak mungkin internet lelet, harus kencang,” katanya.