PBPI Jakarta gelar turnamen Show Down kesiapan PON 2024

Ketua Umum PBPI, Galih Kartasasmita (tiga dari kiri) bersama dengan Ketua Umum PBPI Jakarta, Gino Junior Korompis (tiga dari kanan) dalam konferensi pers Team Show Down di Padel Pro, Kemang, Jakarta, Minggu (28/07/2024). (ANTARA/FAJAR SATRIYO)

Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI) Jakarta menggelar turnamen bertajuk Team Show Down untuk kesiapan menuju gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 di Padel Pro, Kemang, Jakarta, Minggu.

Sebanyak 28 komunitas dan 218 atlet bersaing dalam seri perdana Team Show Down 2024 kali ini. Ketua Umum PBPI Jakarta, Gino Junior Korompis berharap turnamen ini nantinya akan menjadi seri yang rutin digelar setiap tahun.

“Turnamen kali ini memang turnamen pertama kami, cuma kami akan membuat seri event ini. Kami memang akan membuat event di level kecil, menengah hingga besar. Ini termasuk menengah, kemungkinan akan ada tiga event seperti ini ke depan,” kata Ketua Umum PBPI Jakarta, Gino Junior Korompis.

Gino, sapaan akrabnya, juga berharap ke depannya mampu menggelar turnamen tingkat internasional bertajuk Jakarta Padel Open yang akan mendatangkan pemain-pemain internasional. Dengan digelarnya sejumlah turnamen, Gino mengatakan PBPI Jakarta semoga menjadi barometer bagi pengprov lain untuk mengembangkan padel.

“Mungkin ada satu yang bisa kita datangkan yaitu Jakarta Padle Open dengan pemain internasional datang ke sini. Karena Jakarta selalu menjadi barometer dan dilihat provinsi lain jadi mereka kini bisa melihat event ini bagaimana,” ujar Gino.

Sekretaris Jenderal PBPI, Happy Kurniawan Harianto mengatakan akan mempromosikan padel di Jakarta meski terkendala dengan lapangan namun secara bertahap bisa menambah lapangan dengan memanfaatkan lahan.

“Masalah kita terbentur di tanah, pinter-pinter kita mencari celah dan tempat yang bisa didatengi orang banyak. Termasuk juga rooftop yang kemungkinan bisa dipakai akan kita pakai,” ujar Happy Kurniawan Harianto.

Ketua Umum PBPI, Galih Kartasasmita mengapresiasi langkah dari PBPI Jakarta yang sukses menggelar event Team Show Down. Menurut Galih event seperti saat ini merupakan momentum untuk mencari talenta-talenta berbakat padle yang nantinya dapat dikembangkan melalui turnamen berkala.

“Lewat event seperti ini pengprov-pengprov di Indonesia bisa mencari pemain-pemain berbibit unggul. Saya harap pemprov yang lain dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh PBPI Jakarta,” kata Ketua Umum PBPI, Galih Kartasasmita.

Ke depannya Galih berharap pengprov-pengprov membuat rangking-rangking dari pemain sehingga nantinya memudahkan federasi untuk membuat set data pemain saat mengadakan turnamen tingkat nasional.

September Ceria! Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga Menguat

Foto: Gedung Federal Reserve di Washington. (AP/J. Scott Applewhite)

Sinyal pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) makin kuat. Faktor pemicu penurunan suku bunga berdasarkan indeks inflasi utama The Fed naik 2,5% di bulan Juni dari tahun 2023. Hal tersebut melonggarkan jalan menuju penurunan suku bunga.

Mengutip CNBC International, indeks inflasi merupakan sebuah indikator penting bagi The Fed yang membantu membuka jalan untuk penurunan suku bunga di bulan September yang telah diantisipasi secara luas.

Sesuai dengan perkiraan Dow Jones, Departemen Perdagangan melaporkan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi naik 0,1% pada bulan tersebut dan naik 2,5% dari tahun lalu. Kenaikan dari tahun ke tahun di bulan Mei adalah 2,6%, sementara secara bulanan tidak berubah.

Para pejabat Fed menggunakan ukuran PCE sebagai acuan utama mereka untuk mengukur inflasi, yang terus berjalan di atas target jangka panjang 2% bank sentral.’

Inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,2% dan 2,6% pada tahun ini, keduanya juga sejalan dengan ekspektasi. Para pemangku kebijakan lebih berfokus pada inflasi inti sebagai pengukur yang lebih baik untuk tren jangka panjang karena harga gas dan bahan makanan cenderung berfluktuasi lebih besar daripada barang-barang lainnya.

Sementara itu, pasar saham berjangka mengindikasikan pembukaan yang positif di Wall Street setelah rilis data tersebut, sedangkan imbal hasil Treasury bergerak lebih rendah. Pasar berjangka memberikan harga yang lebih agresif untuk penurunan suku bunga the Fed.

Ekonom korporat dari Navy Federal Credit Union, Robert Frick menilai data ekonomi tersebut masih cukup baik.

“Pengeluaran cukup baik untuk mempertahankan ekspansi, dan pendapatan cukup baik untuk mempertahankan pengeluaran, dan tingkat inflasi PCE cukup baik untuk membuat keputusan untuk menurunkan suku bunga menjadi mudah bagi the Fed,” ujarnya dikutip Minggu (28/7).

Harga-harga barang turun 0,2% di bulan ini sementara harga-harga jasa naik 0,2%. Harga terkait perumahan pada bulan Juni naik 0,3%,namun sedikit melambat dari kenaikan 0,4% dalam tiga bulan terakhir dan kenaikan bulanan terkecil setidaknya sejak Januari 2023.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pendapatan pribadi naik hanya 0,2%, di bawah estimasi 0,4%. Sementara pengeluaran meningkat 0,3%, sesuai dengan perkiraan. Karena pengeluaran bertahan relatif kuat, tingkat tabungan turun menjadi 3,4%, mencapai level terendah sejak November 2022.

Laporan tersebut memicu para pelaku pasar yang masih memperhatikan ke arah mana arah kebijakan moneter The Fed.

Hanya ada sedikit ekspektasi bahwa Komite Pasar Terbuka Federal yang menetapkan suku bunga akan mengambil langkah apa pun pada pertemuan kebijakannya pada Selasa dan Rabu pekan depan. Namun, harga pasar sangat mengarah pada penurunan suku bunga pada pertemuan September mendatang, yang akan menjadi penurunan pertama sejak awal pandemi Covid.

Direktur pelaksana perdagangan dan investasi di E-Trade Morgan Stanley, Chris Larkin mengatakan, secara keseluruhan, ini merupakan minggu yang baik untuk The Fed. Perekonomian tampaknya berada di jalur yang solid, dan inflasi PCE pada dasarnya tetap stabil.

“Namun, penurunan suku bunga minggu depan masih belum pasti. Dan meskipun ada banyak waktu bagi gambaran ekonomi untuk berubah sebelum pertemuan FOMC September, angka-angka tersebut telah cenderung ke arah yang diinginkan oleh the Fed,” ungkapnya.

Seperti diketahui, ketika inflasi naik ke level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun pada pertengahan 2022, The Fed memulai serangkaian kenaikan agresif yang membawa suku bunga pinjaman acuan ke level tertinggi dalam sekitar 23 tahun.

Namun, The Fed telah berhenti sejenak selama setahun terakhir karena mengevaluasi data yang berfluktuasi yang pada awal tahun ini menunjukkan kebangkitan inflasi. Namun, akhir-akhir ini telah menunjukkan pendinginan bertahap yang membuat banyak pembuat kebijakan mendiskusikan kemungkinan setidaknya satu kali pemangkasan tahun ini.

FedWatch CME Group menyebut, pasar berjangka telah memperkirakan sekitar 90% kemungkinan pemangkasan di bulan September yang diikuti oleh pemangkasan pada pertemuan FOMC bulan November dan Desember mendatang.

Meskipun demikian, para pejabat Fed telah berhati-hati dalam pernyataan mereka dan telah menekankan bahwa tidak ada jalur kebijakan yang pasti. Segala keputusan berdasarkan data perekonomian yang terjadi.