
Utang memang menjadi opsi menarik untuk daya ungkit dalam ekspansi. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengancam kelangsungan bisnis perusahaan.
Sebagai contoh ada emiten tekstil ternama RI, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang sudah resmi dinyatakan pailit pada Oktober 2024 akibat utang yang menggunung. Dan, akhirnya SRIL harus rela ditutup pada 1 Maret lalu.
Ada juga PT Pan Brothers Tbk (PBRX) yang dalam tahap restrukturisasi utang melalui permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Jika kita ingin menghindari risiko utang dalam investasi saham, maka ada baiknya kita mencari suatu perusahaan yang minim utang. Di sini kami lebih mencermati porsi utang bank dan obligasi karena itu erat kaitannya dengan risiko volatilitas dari BI rate yang masih di level tinggi.
CNBC Indonesia merekap lima perusahaan yang terbilang minim terhadap risiko utang, sebagai berikut :
1. SIDO
Emiten yang terkenal dengan produk Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk tercatat tidak memiliki utang bank dan obligasi sama sekali.
Meski begitu, untuk keberlangsungan operasionalnya perusahaan ini masih memiliki cash cukup.
Menurut laporan keungan sepanjang 2024 lalu, SIDO mencatat kas dan setara kas senilai Rp855,56 miliar, naik 3,06 dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk ekspansi, SIDO juga masih punya kemampuan kuat dengan free cash flow mencapai Rp1,1 triliun secara Twelve Trailing Month (TTM). Jadi, perusahaan ini masih bisa terus berinovasi ke depan tanpa memikirkan utang.
2. ACES
PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), emiten yang menjual barang perlengkapan rumah tangga ini juga tidak punya utang bank dan obligasi.
Untuk memenuhi kegiatan operasionalnya, ACES terbilang cukup kuat dengan posisi arus kas operasional tetap positif senilai Rp483 miliar sampai September 2024.
Dengan periode yang sama, posisi kas dan setara kas yang dimiliki juga terbilang masih jumbo mencapai Rp1,72 triliun, meskipun nilai ini turun dari periode akhir 2023 sebanyak Rp2,12 triliun. Namun, nilai kas tersebut setara 30% dari total aset lancar perusahaan,
3. RALS
Berikutnya ada emiten department store, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga tercatat tidak memiliki utang, baik itu dari bank maupun obligasi.
Untuk bertahan perusahaan juga terbilang memiliki kas yang cukup sebanyak Rp1,03 triliun per akhir 2024. Meskipun, nilai ini turun 13,75% dari periode tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,19 triliun.
Meski begitu, di bagian arus kas operasional RALS masih mempertahankan kinerja sebanyak Rp776,23 miliar. Jadi, operasional sehari-hari perusahaan tetap bisa berlancar lancar.
4. MERK
Perusahaan farmasi, PT Merck Tbk (MERK) juga tercatat tidak punya utang bank dan obligasi. Untuk bertahan perusahaan memiliki kas dan setara kas senilai Rp76,67 miliar sampai September 2024.
Dalam periode yang sama, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi juga tetap positif senilai Rp26,81 miliar. Meskipun perlu diakui, bahwa capaian tersebut turun signifikan dari perolehan periode yang sama tahun lalu sebesar 149,64 miliar.
5. BAYU
Terakhir, ada emiten yang memiliki bisnis layanan travel, PT Bayu Buana Tbk (BAYU) tidak tercatat memiliki utang bank dan obligasi.
Menariknya, perusahaan ini memiliki kas yang sangat kuat. Sampai September 2024, nilai kas dan setara kas tercatat mencapai Rp607,67 miliar, naik 12,85% dari posisi akhir tahun lalu.
Nilai tersebut jika dibandingkan dengan total jumlah saham beredar perusahaan berhasil melampaui harga saham perusahaan.
Catatan CNBC indonesia sampai Kamis lalu (27/3/2025), harga saham BAYU berada di Rp1.170 per lembar, lebih rendah dari nilai kas per lembar senilai Rp1.720.