
Kementerian Agama (Kemenag) mengajak para mahasiswa untuk bersama-sama merawat lingkungan dan menjaga bumi dalam Bincang Syariah Blissful Mawlid Goes to Campus bertajuk “Mawlid for Earth: Sharia and Eco Wisdom“.
“Keteladanan Nabi Muhammad dalam menjaga alam sangat jelas. Beliau mengajarkan hemat air, melarang perusakan tanaman bahkan di masa perang, serta menanamkan kasih sayang,” ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag Arsad Hidayat di Jakarta, Jumat.
Kegiatan ini digelar di tiga kota besar Indonesia yakni Yogyakarta, Depok, dan Makassar, serta menghadirkan tokoh agama, akademisi, serta aktivis muda untuk membicarakan isu lingkungan dalam perspektif Islam.
Arsad mengatakan program ini lahir dari keprihatinan terhadap krisis lingkungan global yang kian mengancam. Perubahan iklim, polusi, deforestasi, hingga kerusakan ekosistem menuntut langkah nyata dari semua kalangan, termasuk umat beragama.
Islam, kata dia, melalui konsep manusia sebagai khalifah fil ardh (wakil Allah di bumi) diyakini memiliki prinsip etika dan spiritual yang relevan untuk merawat bumi.
“Inilah nilai-nilai ekologis Islam yang ingin kita hidupkan kembali,” ujar dia.
Berbeda dengan peringatan Maulid Nabi pada umumnya, kata Arsad, Mawlid for Earth menghadirkan dialog interaktif yang mempertemukan mahasiswa, ulama, dan pembuat kebijakan.
Program ini akan diselenggarakan di tiga kampus besar yaitu Masjid Sunan Kalijaga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (15/9), Masjid UIN Alauddin Makassar (22/9), dan Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia (30/9).
Dalam acara Mawlid for Earth, Kemenag menargetkan lebih dari 1.500 peserta, terutama dari kalangan mahasiswa, organisasi intra dan ekstra kampus, organisasi keagamaan Islam, serta komunitas pemuda yang peduli pada isu lingkungan.
“Generasi muda punya peran penting. Mereka bukan hanya penerima warisan bumi, tapi juga aktor yang bisa menciptakan perubahan lewat kreativitas, teknologi, dan aksi komunitas,” kata dia.
Sementara itu Kepala Subdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag Ismail Fahmi menambahkan acara Bincang Syariah Goes to Campus menghadirkan tiga narasumber lintas bidang yang dikenal luas di kalangan publik.
Pertama, Husein Ja’far Al-Hadar, pendakwah muda yang dikenal melalui kanal Jeda Nulis. Gaya dakwahnya yang ringan, segar, namun tetap sarat makna menjadikan dirinya dekat dengan generasi milenial dan Gen Z.
Kedua, Fahruddin Faiz, seorang akademisi filsafat Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia dikenal luas sebagai penggerak kajian publik Ngaji Filsafat, yang rutin menghadirkan diskusi kritis seputar agama, filsafat, dan kehidupan.
Narasumber ketiga adalah Romzi Ahmad, pendakwah digital sekaligus influencer yang juga aktif dalam berbagai gerakan sosial. Sosok Gus Romzi dikenal dekat dengan dunia anak muda karena aktivitas dakwahnya yang banyak menggunakan media digital.
Tidak hanya mempertemukan mahasiswa dengan para ulama dan akademisi, tetapi juga menjembatani dialog antara kebijakan publik dan masyarakat kampus.