Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengantisipasi peningkatan kebutuhan energi masyarakat di berbagai wilayah menyambut Tahun Baru 2025. Sekalipun, distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pasokan listrik dalam kondisi aman selama periode Natal 2024.
Wakil Menteri ESDM Yuliot meninjau langsung kesiapan distribusi BBM di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pekanbaru, Riau, guna memastikan kelancaran suplai energi di wilayah Sumatera, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat.
“Kami dari Satuan Tugas (Satgas) Nasional ESDM mengecek distribusi BBM di Kepulauan Riau, Provinsi Riau, Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat. Selama Natal kemarin, pasokan BBM berlangsung sangat lancar dan tidak ada kendala,” ujar Yuliot dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (30/12/2024).
Berdasarkan laporan tim posko nasional sektor ESDM, sambung Yuliot, ketahanan stok BBM nasional saat ini mencapai 18-20 hari untuk seluruh jenis bahan bakar, termasuk gasoline, gasoil, kerosene, dan avtur. Khusus di Sumatera, pasokan energi dipenuhi dari Kilang Dumai dan Sei Pakning yang memiliki kapasitas produksi 170.000 barel per hari (bph), atau setara 16% kebutuhan nasional.
Untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi saat libur Tahun Baru, pemerintah telah menyiapkan mekanisme penambahan kuota bagi SPBU yang membutuhkan.
“Kita menyiapkan mobil penyimpanan (storage) mengantisipasi kalau ada lonjakan-lonjakan permintaan,” tambah Yuliot.
Selain pasokan BBM, Kementerian ESDM juga memantau sektor kelistrikan di Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Sumatera. Hasil pantauan menunjukkan bahwa pasokan listrik selama Natal 2024 berjalan tanpa hambatan berarti.
“Alhamdulillah selama Natal relatif tidak ada permasalahan dalam suplai listrik. Mulai dari sumber energi primer, pembangkit, hingga jaringan distribusi. Kami mengucapkan terima kasih kepada PLN,” kata Yuliot.
Berdasarkan data PLN, beban puncak nasional pada Natal 2024 tercatat sebesar 37,5 Giga Watt (GW) dengan cadangan daya mencapai 16,2 GW atau 43,3%. Di Sumatera, daya mampu pasok mencapai 9,7 GW, sedangkan beban puncaknya sebesar 6,9 GW dan cadangan daya 2,8 GW.
Meski demikian, Executive Vice President Operasi Sistem Ketenagalistrikan PLN Dispriansyah menjelaskan, konsumsi listrik saat Natal justru menurun hingga 17-20% dibanding rata-rata harian.
Penurunan ini disebabkan curah hujan tinggi di Sumatera, yang mengurangi penggunaan alat seperti pendingin udara (AC). Selain itu, bencana banjir di beberapa wilayah juga menekan konsumsi listrik rumah tangga.
“Kami perkirakan di awal itu turun hanya sekitar 10-13% secara nasional dari beban rata-rata harian sebelum periode Natal. Tetapi ternyata turunnya cukup drastis. Sumatera 17% dari beban rata-rata nasional,” jelasnya.
Bagi pemerintah, kesiapan energi penting untuk mendukung aktivitas masyarakat selama pergantian tahun. Yuliot menyoroti bahwa Pulau Sumatera memiliki peran strategis sebagai lumbung energi nasional.
“Sumatera adalah wilayah prioritas bagi pemerintah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Kami harap pasokan energi di sini dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Yuliot.