Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada akhir perdagangan Rabu (8/1/2025),di tengah wait and see pasar yang masih terjadi hingga hari ini.
IHSG ditutup turun tipis 0,04% ke posisi 7.080,35. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 hingga hari ini. IHSG sudah berada di level psikologis 7.000 selama tiga hari beruntun.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 9,1 triliun dengan melibatkan 16,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 239 saham naik, 352 saham turun, dan 208 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor bahan baku dan industri menjadi penekan IHSG masing-masing sebesar 3,42% dan 1,18%. Namun, sektor energi menjadi penahan koreksi IHSG yakni mencapai 0,85%.
Dari sisi saham yang menjadi penekan IHSG, ada emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan emiten konglomerasi Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) masing-masing mencapai 9,1 dan 8,3 indeks poin.
Sementara dari sisi saham yang menjadi penahan koreksi IHSG, ada emiten perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) masing-masing sebesar 14,8 dan 9,2 indeks poin.
IHSG masih cenderung mendatar di tengah wait and see pasar yang masih terjadi hingga hari ini. Pasar masih menanti rilis data ekonomi di global terutama di Amerika Serikat (AS).
Data tenaga kerja pada rilis kemarin juga masih menunjukkan kekuatannya, tercermin dari data JOLTs Job Opening November yang lebih banyak bertambah 8,09 juta, dibandingkan ekspektasi sebanyak 7,7 juta.
Sejalan dengan itu, untuk Job Quits per November hasilnya lebih baik dari ekspektasi, dengan bertambah 3,06 juta, lebih sedikit dari perkiraan sebanyak 3,31 juta.
Kekuatan pasar tenaga kerja menunjukkan ekonomi AS yang masih baik-baik saja, meskipun laju inflasi mulai mengetat beberapa bulan terakhir. Hal ini bisa menjadi gambaran lebih jauh terhadap prospek kebijakan the Fed yang tampaknya akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Sementara di pekan ini, pelaku pasar menunggu rilis terkait pasar tenaga kerja seperti klaim pengangguran dan laporan penggajian swasta dari Automatic Data Processing (ADP) Research Institute.
ADP Employement Rate diperkirakan akan menunjukkan pertambahan 130.000 pada Desember. Laporan ini akan terbit sebelum laporan pekerjaan atau Non-Farm Payroll (NFP) periode Desember dari Biro Statistik Tenaga Kerja diharapkan akan dirilis pada Jumat.
Data tersebut akan menjadi kajian awal yang mencakup data NFP dan tingkat pengangguran di AS.
Lebih lanjut, pasar juga akan merespon beberapa data AS lagi yang rilis kemarin. Mulai dari data neraca dagang AS periode November 2024 yang mengalami pelebaran defisit lebih banyak dari perkiraan menjadi US$ 78, 2 miliar.
Di tengah sentimen dari AS yang masih memberikan efek negatif bagi Tanah Air, Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa (cadev) yang diperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi US$152 miliar dari bulan sebelumnya sebesar US$ 150,2 miliar.