Adaptasi mitigasi bencana ala Jepang belum bisa 100 persen

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mengemukakan pendidikan mitigasi kebencanaan ala Jepang (bosai) belum bisa 100 persen diadaptasi di Jakarta karena harus menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat.

“Kita harus bijak kalau memang mau dibagikan ke Jakarta, tidak bisa langsung 100 persen persis, harus ada proses adaptasi, menyesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan.

Hal tersebut dia sampaikan dalam “Podcast Sarana Obrolan Bareng tentang Serba-Serbi Kebencanaan” yang bertema “Mitigasi Bencana Ala Jepang” di Jakarta, Jumat.

Terkait mitigasi bencana di Jakarta, menurut Yohan, satu hal yang beberapa tahun terakhir mengemuka, yakni “Tas Siaga benycana”.

Tas ini perlu disiapkan setiap oleh anggota keluarga untuk berjaga-jaga saat datangnya bencana atau kondisi darurat lain.

“Tas Siaga Bencana” berguna sebagai persiapan untuk bertahan hidup minimal untuk tiga hari sampai bantuan datang.

Tas ini berisi antara lain dokumen dan surat berharga, pakaian ganti untuk tiga hari, peluit, alat penerangan, uang tunai, obat-obatan dan perlengkapan P3K.

Selain itu telepon seluler (ponsel) dan pengisi daya (power bank), makanan ringan tahan lama serta masker dan pencuci tangan (hand sanitizer).

“Di Indonesia ada ‘Tas Siaga Bencana’, mengemuka lagi ketika kemarin gejala-gejala Megatrust, sebuah siklus tapi sudah 276 tahun tidak terjadi sehingga menimbulkan kekhawatiran dari BMKG,” katanya.

Kalau ada suatu hal, kata dia, tinggal diangkat saja “Tas Siaga Bencana”.

Dalam siniar (podcast) itu tak dibahas rinci mengenai mitigasi bencana ala Jepang. Namun, “Managing Director NPO Federation of Bosai Education Hyogo”, Hiroyuki Nakanishi mengatakan, ini tak terlepas dari pendidikan penanganan bencana.

Pendidikan penanganan bencana itu hal yang sangat penting. “Tahun 2018 ada undang-undang bahwa dari kelas 3 SD wajib ada kurikulum penanggulangan bencana,” ujarnya.

Menurut Hiroyuki, salah satu kunci sukses pendidikan kebencanaan, yakni pemerintah dan masyarakat harus sama-sama berperan.

Di satu sisi, pemerintah menggencarkan penyebaran pengetahuan kebencanaan dan mitigasinya, di sisi lain masyarakat harus sadar bahwa pendidikan kebencanaan merupakan hal penting.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Wownas.Co.Ltd, Akiko Sakaguchi menyampaikan mitigasi kebencanaan di Jepang bahkan sudah menjadi gaya hidup.

Tas sekolah anak-anak di Jepang dilengkapi peluit yang berfungsi untuk memanggil pertolongan misalnya di situasi gempa.

Berbicara pendidikan kebencanaan, kata dia, media memiliki peranan penting.

“Di Jepang ada fenomena seperti Megatrust, kapannya kita tidak tahu tapi nantinya untuk mengatasinya, di media, misalnya, televisi itu ada acara dengan video berisi simulasinya,” kata Akiko.

king slot88