Bos BI Blak-blakan Alasan Dolar AS Tetap ‘Strong’

Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2024 dengan Cakupan Triwulanan. (Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan alasan mengapa dolar AS tetap kuat hingga saat ini.

Hal ini diungkapkan Perry dalam paparan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Triwulan III Tahun 2024, di Gedung LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Dolarnya masih kuat, bukan karena UST dan Fed Fund Rate (FFR) tapi negara lain suku bungnya mulai melebah. Nilai tukarnya Eropa itu melemah, demikian pounds dan yen. Lalu dolar tetap strong,” ungkap Perry.

Jika FFR bisa turun lebih cepat, maka diharapkan dolar yang saat ini masih kuat bisa mulai menurun. Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati meyakini suku bunga acuan AS akan turun pada September depan. Lebih cepat dari perkiraan awal.

Sri Mulyani mengungkapkan perkembangan inflasi di AS pada bulan Juni 2024

juga telah menunjukkan penurunan signifikan. Sri Mulyani percaya indikator positif tersebut akan merubah arak kebijakan moneter AS.

“Jadi inflasi di AS Juni menunjukkan penurunan sejalan dengan menurunnnya tekanan harga energi dan juga dari faktor sektor perumahan,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers tiga bulanan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8/2024).

Lebih lanjut, dirinya menyebut indikator ekonomi utama lainnya juga mulai menunjukkan arah penurunan suku bunga, dengan data terbaru tingkat pengangguran di AS yang meningkat.

“Ini semuanya inflasi yang mulai turun, dan tingkat pengangguran yang meningkat di AS diperkirakan dalam hal ini akan mendorong penurunan dari kebijakan suku bunga Bank Sentral AS yang lebih cepat dari proyeksi sebelumnya,” terang Sri Mulyani.

Adapun, hari ini, rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca bank sentral AS (The Fed) membuka peluang untuk memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah tipis 0,03% di angka Rp16.235/US$ pada hari ini, Jumat (2/8/2024). Hal ini berbeda dengan penutupan

perdagangan kemarin (1/8/2024) yang menguat 0,15%.

Sementara itu, DXY pada pukul 08:55 WIB turun 0,06% di angka 104,35. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 104,42.

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*