Dolar AS Merosot Sepekan, Rupiah Makin Perkasa

Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, 29 November 2024.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,13% di level Rp15.845/US$, melanjutkan tren positif setelah penguatan 0,38% pada perdagangan Kamis. Tren ini didorong oleh pelemahan indeks dolar AS (DXY), yang kini berada di level 105,93, turun 0,11% dibandingkan posisi sebelumnya di 106,05.

Sepanjang pekan ini, rupiah mencatatkan penguatan sebesar 0,75% terhadap dolar AS, melanjutkan penguatan yang sudah dimulai pada awal minggu. Penguatan ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk optimisme pasar menjelang PTBI 2024 dan pelemahan dolar AS akibat data ekonomi AS yang kurang kuat serta ketidakpastian geopolitik yang mereda.

Fokus utama pasar pada Jumat kemarin adalah PTBI 2024, yang berlangsung pukul 19:00 WIB di Jakarta. Acara tahunan ini mengusung tema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional”, sejalan dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global dan domestik.

Stabilitas makroekonomi yang solid dianggap menjadi fondasi penting untuk mendukung transformasi menuju Indonesia Emas 2045.

Sorotan lain pada PTBI 2024 adalah kehadiran Presiden Prabowo Subianto. Dalam pidato ekonomi makronya, Presiden menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendukung transformasi ekonomi.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan arah kebijakan moneter untuk 2025. Langkah-langkah strategis ini mencakup penguatan nilai tukar rupiah, kebijakan suku bunga, dan inovasi dalam sistem pembayaran yang inklusif.

Menurut Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray, pelemahan DXY baru-baru ini mencerminkan koreksi wajar setelah kondisi overbought. “Sentimen global yang membaik dan fundamental ekonomi domestik yang kokoh menjadi faktor utama penguatan rupiah menjelang akhir tahun,” jelas Ralph.

Selain itu, situasi geopolitik yang mereda, seperti gencatan senjata dalam konflik Israel-Hizbullah, turut memberikan dorongan positif bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Dengan kebijakan moneter yang proaktif dan stabilitas ekonomi yang terjaga, rupiah diprediksi tetap menguat hingga akhir 2024, memberikan harapan baru bagi perekonomian nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*