Ini Dia Sumber Bauksit untuk Pabrik Alumina Rp 14 Triliun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan injeksi bauksit perdana untuk proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat pada Selasa (24/09/2024). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Indonesia saat ini tengah membangun fasilitas pengolahan bauksit menjadi alumina atau Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat.

Proyek senilai US$ 900 juta atau sekitar Rp 13,96 triliun (asumsi kurs Rp 15.517 per US$) ini dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan patungan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Direktur Utama PT BAI Leonard M. Manurung mengungkapkan, proyek tersebut akan menghasilkan hingga 1 juta alumina per tahun yang ditargetkan bisa terealisasi pada awal 2025 mendatang.

Lantas, dari mana sumber bauksit untuk pabrik alumina ini?

Dia menyebut, pasokan bauksit smelter alumina ini akan dipasok oleh PT Aneka Tambang (Antam) dari tambang bauksitnya di Kalimantan Barat. Dia menyebut, sumber daya bauksit Antam di wilayah tersebut tercatat mencapai 550 juta ton.

“Jadi keberadaan bauksit itu hampir semuanya ada di Kalimantan Barat. Kalau saat ini kita lihat sumber daya dari bauksit yang ada itu, yang dimiliki Antam, sekitar 550 juta,” kata Leonard kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Jumat (18/10/2024).

Leonard menyebutkan, dengan adanya sumber daya bauksit mencapai 550 juta ton dari Antam tersebut, ditaksir bisa mencukupi produksi alumina lebih dari 10 tahun untuk kapasitas 3 juta ton per tahun.

“Jadi memang sangat-sangat besar tentunya dengan adanya sumber daya yang cukup ini, ini akan memberikan kesempatan yang banyak untuk pengembangan industri alumina,” imbuhnya.

Ditambah, Leonard mengatakan, hingga tahun 2035 mendatang permintaan akan aluminium akan terus meningkat bahkan hingga 10% per tahunnya. Dengan begitu, dia memperhitungkan pada tahun 2045 mendatang, kebutuhan aluminium di Indonesia akan mencapai 10 juta ton per tahun.

“Artinya inilah yang menjadi tantangan dimana produk alumina itu akan sangat dibutuhkan untuk men-support kebutuhan pabrik aluminium nantinya,” tandasnya.

Seperti diketahui, peresmian injeksi bauksit perdana SGAR Mempawah Fase 1 ini telah dilakukan pada Selasa (24/09/2024) dan langsung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Smelter fase 1 ini memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun.

Proyek SGAR Fase 1 ini nantinya menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat yang di produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Injeksi mineral bijih bauksit merupakan rangkaian pertama dalam proses produksi alumina dengan target produksi alumina pertama yang direncanakan pada November 2024. Proses commissioning atau uji coba akan dilakukan bertahap dengan kenaikan produksi bertahap atau ramp up production hingga Desember 2024.

Proyek SGAR Fase 1 direncanakan akan memasuki tahapan produksi penuh alumina pada kuartal I-2025, dengan target Commercial Operation Date (COD) atau operasi komersial pada akhir Februari 2025 mendatang.

Setelah Fase 1, proyek SGAR ini akan dilanjutkan ke Fase 2 yang ditargetkan juga akan memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun, dengan target operasi pada 2028.

Melalui pengoperasian Proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina domestik akan meningkat menjadi sebesar 2 juta ton per tahun dengan penyerapan mineral bijih bauksit hingga mencapai 6 juta ton per tahun.

Hal ini sejalan dengan rencana aksi korporasi Inalum dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi aluminiumnya hingga mencapai 900.000 ton per tahun.

Sebagai tambahan, smelter aluminium Inalum saat ini memiliki kapasitas produksi aluminium hingga sebesar 275.000 ton per tahun yang seluruhnya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium domestik.

Namun kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun dan sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, pemenuhan aluminium dalam negeri masih didominasi oleh produk impor dengan porsi impor sebesar 56% dan pasokan dari Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.

https://setoparewa.com/

0 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*