Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa ketahanan energi Indonesia sangat rentan. Terutama apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk di Asia Tenggara.
Adapun, Indonesia sejauh ini belum memiliki cadangan bahan bakar minyak (BBM) nasional yang bisa digunakan suatu waktu bila terjadi kondisi kritis. Negara ini hanya mengandalkan cadangan operasional 21 hari milik PT Pertamina (Persero).
Bahlil membeberkan apabila Indonesia mengikuti standar dunia, maka cadangan ideal BBM nasional adalah 90 hari. Sementara apabila berkaca dari sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Singapura misalnya yang memiliki cadangan BBM nasionalnya mencapai 60 hari.
Jadi di Asia Tenggara kita ini paling kecil. Dengan penduduk, di-compiling penduduk ini ya. Maka tidak ada cara lain, seluruh sumber daya alam kita yang berpotensi untuk kita melakukan hilirisasi harus kita lakukan,” ujarnya dalam Program Economic Update CNBC Indonesia, Kamis (1/8/2024).
Menurut Bahlil kondisi ini lantas cukup mengkhawatirkan apabila negara ini di invasi atau berperang dengan negara lain sewaktu-waktu.
Bahlil mengatakan Indonesia sempat mencapai masa keemasan ketika menjadi anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan produksi 1,6 juta barel. Pada 1996-1997, 40-50 persen pendapatan negara berasal dari komoditas minyak mentah.
Namun saat ini kondisinya berbeda, produksi minyak RI hanya tersisa sekitar 600 ribu barel per hari. Sementara konsumsi minyak dalam negeri tercatat mencapai 1,6 juta barel.
“Di masa keemasan kita, pernah nggak kita bangun refinery minyak yang memadai? Nggak ada. Bahkan storage penyimpanan minyak kita, itu cuma kapasitasnya 21 hari. Jadi kalau Indonesia ini perang, kita nggak dapat minyak 21 hari, udah rusak ini kita. Ketahanan energi kita nggak ada,” kata Bahlil.