Kelas Menengah RI Lebih Suka Beli Barang Murah, Ini Buktinya!

Pengunjung membeli mencari beras premium di di salah satu supermarket di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat, 26/4. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan kebijakan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras premium kembali diperpanjang hingga 31 Mei 2024.
Foto: CNBC Indonesia/Muhamad Sabki

Fenomena downtrading atau membeli barang yang lebih murah tengah menjangkiti kalangan kelas menengah Indonesia. Penghasilan masyarakat yang stagnan ketika harga-harga barang naik ditengarai menjadi penyebabnya.

Dalam risetnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyebut fenomena downtrading ini tengah meningkat di 2024. Menurut dia, konsumen saat ini lebih memilih untuk mencari barang dengan harga paling murah.

“Konsumen lebih sering memilih alternatif yang lebih murah, suatu perilaku yang dikenal sebagai downtrading,” kata Andry dikutip Selasa, (10/9/2024).

Downtrading merupakan perilaku konsumen ketika individu atau rumah tangga memilih alternatif yang lebih murah dibandingkan yang mereka beli sebelumnya. Fenomena ini seringkali disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti tekanan ekonomi, perubahan kondisi keuangan pribadi dan pergeseran preferensi konsumen.

Selain mencari barang yang lebih murah, Andry menyebut masyarakat juga tengah mengembangkan perilaku melakukan pembelian dalam jumlah yang lebih sedikit, namun lebih sering. Mengutip data Mandiri Spending Index, Andry menyebut rata-rata nilai belanjaan dalam keranjang konsumen pada 2024 turun 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, jumlah kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan meningkat 3,3% pada 2024.

“Hal ini menunjukan bahwa konsumen lebih memilih untuk berkunjung lebih sering sambil juga menurunkan nilai keranjangnya dengan istilah downtrading,” kata dia.

Ekonom senior Chatib Basri menjelaskan data-data MSI itu menunjukan bahwa ketika pendapatan masyarakat turun, mereka akan tetap mempertahankan konsumsi kebutuhan pokok seperti makanan. Ketika pendapatan menyusut, kata dia, sedangkan konsumsi makanan tetap sama, maka porsi konsumsi makanan dalam total pengeluarannya akan meningkat.

“Itu sebabnya, kenaikan porsi makanan dalam total belanja mencerminkan menurunnya daya beli,” ucap Chatib Basri.

Data semakin tertekannya kemampuan belanja masyarakat Indonesia itu menurutnya juga tergambar jelas dari munculnya fenomena “mantab” atau makan tabungan pada kelompok menengah bawah. Fenomena mantab merujuk pada perilaku masyarakat yang menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pendapatannya tidak mencukupi.

“Rangkaian data ini seperti datang dengan pesan, daya beli kelas menengah bawah memang tergerus,” ujar dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*