Manufaktur RI Hanya Tumbuh 4%, Yakin Ekonomi Bisa Terbang?

Ilustrasi Pabrik Minuman. (Dok. Freepik)

Industri manufaktur RI masih loyo di sepanjang 2024. Hal ini tentu menjadi kabar buruk bagi ambisi besar pemerintah dalam mewujudkan target pertumbuhan sebesar 8% dan menjadi negara maju.

Tanpa manufaktur yang kuat maka sulit bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara kelas menengah atau middle income trap.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan industri pengolahan atau manufaktur hanya tumbuh 4,43%. Ini adalah pertumbuhan terendah sejak 2021 atau dalam tiga tahun terakhir.

Data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga menunjukkan PMI sempat terkontraksi selama lima bulan pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).

Terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama lima bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.

Kondisi PMI baru membaik menjelang kuartal IV-2024. Data S&P Global periode Januari 2025 memang menunjukkan angka yang cukup impresif di angka 51,9. Angka ini adalah yang tertinggi sejak Mei 2024 atau delapan bulan terakhir.

Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan:menjelaskan sektor manufaktur Indonesia berkembang lebih cepat pada Januari didorong oleh peningkatan tajam dalam produksi serta tingginya ekspektasi akan perbaikan ke depan.

“Selain itu, (PMI) mencerminkan keyakinan yang terus berlanjut terhadap prospek ke depan, dengan produksi yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya permintaan pasar di tahun yang akan datang,” tutur Paul Smith dikutip dari website resmi S&P.

Perbaikan PMI juga terlihat dari adanya perbaikan dalam pertumbuhan output manufaktur. Produksi kini telah meningkat selama tiga bulan berturut-turut.
Peningkatan volume pesanan baru telah membantu mendukung produksi. Data terbaru kembali menunjukkan ekspansi yang solid meskipun ada sedikit perlambatan dalam pesanan baru.

Kendati tampak membaik di penghujung 2024, rata-rata angka PMI Manufaktur Indonesia disepanjang 2024 tercatat sebesar 51,07. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata angka PMI Manufaktur Indonesia disepanjang 2023 yang sebesar 52,06.

Manufaktur Masih Loyo di 2024

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan industri manufaktur atau pengolahan hanya tumbuh 4,43% pada 2024. Distribusi manufaktur ke Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024 adalah 18,98%. 

Apabila dilihat dari sisi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024, industri pengolahan tampak mengalami penurunan dibandingkan 2022 dan 2023 yang masing-masing sebesar 1,01% dan 0,95% menjadi hanya sebesar 0,90%.

Namun berbeda jauh dengan lapangan usaha perdagangan yang tumbuh cukup mengesankan yakni dari 0,20% (2022), 0,47% (2023), dan 0,67% (2024).

Begitu pula dari sisi pertumbuhan sektor manufaktur yang terus melandai tepatnya dari 2022 yang saat itu tumbuh 4,89% yoy menjadi 4,64% yoy, dan akhirnya menjadi hanya 4,43% yoy pada 2024.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB juga cenderung masih rendah meskipun sedikit mengalami kenaikan pada 2024 yakni menjadi 18,98%.

Jika dihitung nilai harga berlaku, industri pengolahan sepanjang 2024 menyentuh Rp 4.202,9 triliun sementara total PDB nasional adalah Rp22.139 triliun.

Dengan kontribusi hampir 20% atau seperlima PDB nasional maka dampak pergerakan manufaktur akan sangat menentukan laju ekonomi Indonesia, terutama dalam mewujudkan pertumbuhan 8%.

Sebagai perbandingan, saat ekonomi Indonesia tumbuh 8,22% pada 1995, kontribusi industri pengolahan menembus 35,78%.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*