Mobil Listrik China ‘Digebuk’ Sana-sini: AS-Eropa, Kini Kanada

SUV fastback Denza N7 dari BYD resmi dihadirkan di China. Model ini, akan menjadi mobil pertama dengan menggunakan sistem akustik dari Devialet. (AP Photo/Andy Wong)
Foto: (AP/Andy Wong)

Mobil listrik China kini ‘digebuk’ sana-sini. Setidaknya ini terjadi di Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan yang terbaru Kanada.

Dugaan subsidi dari pemerintah menjadi penyebab. Berikut rangkuman CNBC Indonesia, Selasa (27/8/2024).

Kanada

Kanada secara resmi mengumumkan akan menjatuhkan tarif bea masuk hingga 100% bagi mobil listrik (electronic vehicle/EV) yang diimpor dari China, di samping bea masuk impor sebesar 6,1 persen yang sudah ada, Senin waktu setempat. Selain mobil listrik, Kanada juga mengenakan tarif 25% pada baja dan aluminium China.

Pengumuman tersebut menyusul pertemuan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan dengan Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau dan menteri kabinet pada hari Minggu. Tarif baru kendaraan listrik berlaku 1 Oktober sementara aluminium dan baja 15 Oktober.

“Pelaku seperti China telah memilih untuk memberi diri mereka keuntungan yang tidak adil di pasar global,” kata Trudeau menyebut tudingan subsidi pemerintah Beijing sebagai penyebabnya, dikutip dari Associated Press (AP), Selasa (27/8/2024).

“Kami melakukannya sejalan, secara paralel, dengan negara-negara ekonomi lain di seluruh dunia yang menyadari bahwa ini adalah tantangan yang kita semua hadapi. Kecuali kita semua ingin berlomba-lomba sampai ke dasar, kita harus bangkit,” jelas Trudeau lagi.

Perlu diketahui, mengutip VOA, industri manufaktur automotif Kanada mempekerjakan lebih dari 125.000 orang. Kanada telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mendukung transisi ke kendaraan listrik dan memperkuat rantai pasokan baterai domestik.

Pada konferensi pers di Halifax, di pantai Atlantik Kanada, Trudeau sempat menyatakan bahwa kelebihan produksi kendaraan listrik China dan subsidi besar-besaran dari pemerintah untuk sektor otomotifnya “mengharuskan kita untuk bertindak”. Belum ada tanggapan langsung dari China terkait hal ini.

Sementara itu, Kedutaan Besar China di Kanada Selasa ini menyampaikan “ketidakpuasan yang kuat” atas rencana Ottawa untuk mengenakan tarif 100% pada impor kendaraan listrik China.

“Ini akan merusak kerja sama perdagangan dan ekonomi antara China dan Kanada, merugikan kepentingan konsumen dan perusahaan Kanada (dan) memperlambat proses transisi hijau Kanada,” kata seorang juru bicara kedutaan dalam sebuah pernyataan di situs webnya.

Uni Eropa

Komisi Eropa mengeluarkan draf terbaru soal bea masuk ke mobil listrik buatan China, Selasa pekan lalu. Hal ini merupakan kelanjutan aturan yang sebelumnya sudah diterapkan sementara di Juni, sekitar 17% hingga 37,6%, di atas bea masuk saat ini sebesar 10%.

Rencananya draf itu akan disetujui Oktober nanti. Dalam pernyataan terbaru Komisi Eropa mengatakan pihaknya akan mengenakan bea masuk impor selama lima tahun hingga 36% pada mobil listrik China.

Namun, ini bisa dikecualikan jika Beijing dapat menawarkan solusi alternatif untuk mengakhiri pertikaian mengenai subsidi negara, yang diklaim Eropa membuat EV China lebih murah. Khusus, Tesla yang diproduksi di China, kendaraan itu hanya akan menghadapi tarif impor UE tambahan sebesar 9%, setelah eksekutif Uni Eropa (UE) menyimpulkan bahwa Tesla diuntungkan hanya sedikit oleh subsidi China daripada produsen lain di dalam negeri Tirai Bambu.

“Kami terbuka dengan China untuk mengajukan proposal yang akan menyelesaikan masalah dengan cara yang sama seperti bea masuk,” kata seorang pejabat komisi kepada wartawan dikutip dari AFP, Rabu lalu.

Hal ini sontak membuat marah pemerintah Presiden Xi Jinping. China dengan tegas “menentang keras” tarif tersebut seraya meneriakkan desakan agar Brussels bekerja sama dengan Beijing secara rasional dan pragmatis untuk menghindari “eskalasi perdagangan”.

“China dengan tegas menentang dan sangat khawatir tentang hal ini,” kata Kementerian Perdagangan China.

“Kami berharap pihak Eropa akan bekerja sama dengan pihak China secara rasional dan pragmatis … dan mengambil tindakan praktis untuk menghindari eskalasi ketegangan perdagangan,” ujarnya memperingatkan.

Kelompok yang mewakili perusahaan China di Eropa, Kamar Dagang Tiongkok untuk UE (CCCEU), juga meneriakkan rencana Komisi Eropa tersebut tidak adil. Sikap UE, tegasnya, justru akan memperburuk ketegangan perdagangan.

“Menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan tegas terhadap pendekatan proteksionis UE,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

“Penggunaan alat perdagangan yang tidak adil oleh UE untuk menghalangi perdagangan bebas kendaraan listrik, bersama dengan pendekatan proteksionis ini, pada akhirnya akan melemahkan ketahanan industri kendaraan listrik Eropa,” jelasnya lagi.

“Ini akan memperburuk ketegangan perdagangan antara China dan UE, mengirimkan sinyal yang sangat negatif terhadap kerja sama global dan pembangunan hijau.”

Perlu diketahui UE menerapkan kebijakan tarif setelah melakukan penyelidikan yang berujung pada klaim subsidi pada mobil listrik China. Beijing sendiri sudah melayangkan banding terhadap tindakan tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Dalam aturan sementara Juni, mobil listrik China BYD mendapat kenaikan tarif 17% sementara Geely 19,3%. Mobil listrik China lain, SAIC dikenakan tarif 37,6%.

Belum diketahui jelas bagaimana nasib sejumlah perusahaan mobil Eropa seperti Volkswagen dan BMW dari Jerman yang terlibat usaha patungan yang mengekspor kendaraan listrik China. Sebelumnya mereka sempat mengutarakan kekhawatiran akan kebijakan baru UE tersebut.

Menurut Atlantic Council, penjualan kendaraan listrik China di luar negeri naik 70% pada tahun 2023, mencapai US$34,1 miliar (sekitar Rp 526 triliun). Hampir 40% ditujukan ke UE, penerima kendaraan listrik China terbesar.

Amerika Serikat (AS)

AS sendiri sudah mengumumkan memberlakukan peningkatan tarif impor kendaraan listrik China, sejak Mei. Presiden AS Joe Biden bahkan meningkatkannya hingga empat kali lipat, menjadi 100%.

Sebelumnya pajak impor yang berlaku adalah 25%. Kebijakan ini bahkan sudah resmi berlaku 1 Agustus lalu.

Di saat yang sama, AS juga menaikkan tarif impor sel surya dari China naik dua kali lipat menjadi 50%. AS juga menggandakan tarif semikonduktor China dari 25% menjadi 50%, lalu meningkatkan tiga kali lipat tarif impor produk baja dan aluminium menjadi 25%.

“Langkah bersamaan ini akan menaikkan tarif impor dari China senilai US$18 miliar,” sebut Gedung Putih, sebagaimana dimuat CBS News.

“Mobil listrik murah asal China berdampak negatif terhadap bisnis atau pekerja di AS, tidak menambah penyebab munculnya kendaraan listrik di negara ini,” tambahnya.

AS juga menyebut ini adalah bagian dari upaya mencegah China meremehkan perusahaan-perusahaan AS. Termasuk mengancam lapangan kerja manufaktur AS.

“Bukan rahasia lagi bahwa presiden, seluruh pemerintahannya, prihatin dengan praktik tidak adil yang dilakukan oleh (China) yang merugikan pekerja dan bisnis AS, masalah kelebihan kapasitas, cara China menerapkan serangkaian kebijakan non-pasar, mendistorsi praktik-praktik di sektor-sektor strategis,” kata but, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan kala itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*