Emiten Grup Lippo terpantau beterbangan pada perdagangan sesi II Jumat (18/10/2024), di tengah kabar positif dari lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Ratings.
Per pukul 15:15 WIB, terpantau 12 saham Grup Lippo melesat hingga lebih dari 3%. Bahkan ada beberapa yang sudah melonjak hingga lebih dari 30% dan juga berhasil mencetak auto reject atas (ARA).
Saham PT Multipolar Tbk (MLPL) menjadi yang paling kencang penguatannya di sesi II hari ini yakni meroket 33,61% ke posisi Rp 163/saham. Bahkan, saham MLPL nyaris menyentuh ARA pada sesi II hari ini.
Sedangkan untuk dua saham properti Grup Lippo yakni PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) juga melejit masing-masing 24,11% dan 15,86%.
Sementara untuk saham media Grup Lippo yakni PT First Media Tbk (KBLV) menjadi yang paling minor penguatannya di sesi II hari ini yakni melesat 3,23% menjadi Rp 64/saham.
Berikut pergerakan 12 saham emiten Prajogo pada sesi II hari ini.
Terbangnya ke-12 saham Grup Lippo tersebut terjadi di tengah kabar positif dari lembaga pemeringkat internasional Fitch.
Fitch Ratings telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) saham LPKR menjadi ‘B-‘ dari ‘CCC+’, dengan outlook positif.
Mengutip Rating Action Commentary Fitch, Rabu (16/10/2024) lalu, peringkat obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) LPKR yang jatuh tempo pada Januari 2025 dan Oktober 2026 juga mengalami peningkatan menjadi ‘B-‘ dari ‘CCC+’, dengan Recovery Rating ‘RR4’.
Di sisi lain, Fitch Ratings Indonesia meningkatkan Peringkat Nasional Jangka Panjang LPKR menjadi ‘BBB-(idn)’ dari ‘BB-(idn)’, juga dengan outlook positif.
Kenaikan peringkat ini mencerminkan upaya LPKR untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo obligasi USD, terutama melalui penggunaan hasil penjualan sebagian emiten rumah sakit Grup Lippo yakni PT Siloam International Hospital Tbk (SILO) yang baru-baru ini mencapai Rp 6,9 triliun.
Perusahaan berencana menggunakan Rp 3,9 triliun dari hasil penjualan untuk membayar utang, termasuk obligasi yang jatuh tempo pada Oktober 2026. Dengan langkah ini, risiko pembiayaan ulang yang sebelumnya dianggap tinggi oleh Fitch dapat diminimalkan.
LPKR juga akan membayar saldo terutang sebesar US$ 63,6 juta pada obligasi lainnya yang jatuh tempo Januari 2025, serta berencana melunasi sebagian kecil fasilitas pinjaman sindikasi yang mencapai Rp 4,9 triliun pada akhir Juni 2024.
Fitch memproyeksikan bahwa leverage LPKR, tidak termasuk SILO dan LPCK, akan membaik menjadi sekitar 25% pada 2024, memberikan ruang untuk meningkatkan utang baru jika diperlukan.
Fitch juga memperkirakan LPKR akan menghasilkan arus kas bebas positif (free cash flow/FCF) mulai 2025, setelah beberapa tahun mengalami defisit, berkat pengurangan utang dan biaya terkait.
Namun, penurunan pendapatan dividen tahunan dari SILO diperkirakan akan berdampak pada arus kas operasional, sehingga peningkatan berkelanjutan dalam arus kas menjadi penting.
Di sisi prapenjualan, LPKR mencatat kenaikan 30% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 2,4 triliun pada semester I-2024, berkontribusi 58% dari target prapenjualan tahun ini sebesar Rp 4,1 triliun.
Menurut Fitch, meskipun memiliki beberapa aset tidak dijaminkan, tantangan dalam menjaminkan tanah yang tidak bersebelahan perlu diatasi untuk mempertahankan skala usaha jangka panjang.
Fitch memeringkat LPKR berdasarkan profil standalone perusahaan, mengecualikan anak perusahaan terbuka, LPCK, untuk mencerminkan keterbatasan fungibilitas (aliran) kas antara LPKR dan LPCK.