Bos Pengusaha Ngeluh Orang RI Ngerem Jajan, Mau Kirim Surat ke Prabowo

Direktur SOGO Indonesia, Handaka Santosa dalam Talkshow Geliat Ekonomi dan Retail Pasca Pemilu di Indonesia. (CNBC Indonesia/Rindi Salsabilla)

Perekonomian Indonesia hingga kuartal III-2024 telah menunjukkan sinyal adanya tekanan daya beli masyarakat RI. Hal ini tercermin dari data PDB yang tumbuh di bawah 5% pada kuartal III-2024 hingga kontraksi PMI Manufaktur selama 4 bulan beruntun serta Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia Oktober 2024 yang merosot ke level 121,1.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (APREGINDO), Handaka Santosa memandang tekanan dalam kondisi perekonomian Indonesia saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan daya beli kelas menengah, tetapi juga terkait dengan rendahnya kontribusi kelas atas dalam konsumsinya di dalam negeri.

Handaka memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun dari kuartal pertama hingga ketiga tahun 2024, dengan angka yang menurun dari 5,11% di kuartal I-2024, kemudian di kuartal II-2024 turun ke 5,05%, dan di kuartal III-2024 menjadi 4,95%. Menurutnya, tanpa peningkatan yang signifikan pada kuartal IV-2024, target pertumbuhan ekonomi di atas 5% bisa sulit tercapai.

“Jika tren ini berlanjut, kuartal keempat (bisa saja) ditutup di sekitar 4,75%, yang artinya di dalam satu tahun 2024 akan menurun terus,” kata Handaka dalam Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Kamis (14/11/2024).

Sementara itu, Handaka menyoroti konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari 50% dari total pertumbuhan ekonomi, pada kuartal II-2024 berada di level 2,62% dan kuartal III-2024 di 2,55%.

“Saya rasa selama ini kita di atas 5%. Ini sebenarnya menurut saya secara psikologis nggak baik. Saya rasa APREGINDO akan juga menulis surat ke Bapak Presiden (Prabowo Subianto) untuk menyampaikan pemikirannya,” ujarnya.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren penurunan daya beli kelas menengah. Namun, jika melihat data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperlihatkan bahwa jumlah simpanan masyarakat dengan saldo di atas Rp5 miliar justru mengalami peningkatan hingga 8%. Ini menunjukkan bahwa kalangan atas sebenarnya punya daya beli tinggi, tetapi mereka belum tergerak untuk membelanjakannya.

“Lah ini gejalanya apa? Berarti orang yang simpanannya banyak itu makin banyak. Sedangkan kalangan menengah daya belinya menurun,” tukas dia.

Handaka menilai, pemerintah perlu mendorong kelas atas agar mengalihkan belanja mereka ke dalam negeri daripada ke luar negeri. Menurutnya, jika semakin banyak masyarakat kelas atas Indonesia membelanjakan uangnya di dalam negeri, maka konsumsi rumah tangga bisa naik, bahkan mungkin membawa pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2024 kembali di atas 5%.

“Bapak Menteri dan Menko harusnya konsentrasi bagaimana bisa mendorong, menggiring mereka yang disebut dalam kalangan kelas atas untuk spend money di Indonesia. Saya rasa itu akan mendorong Q4 di atas 5% lagi,” ujarnya.

Menurut Handaka, masyarakat kalangan atas cenderung menghabiskan uang mereka di luar negeri untuk barang-barang mewah yang tidak tersedia di Indonesia. Karenanya, ia mendorong pemerintah agar memastikan ketersediaan barang-barang tersebut di dalam negeri guna menarik minat belanja kalangan atas.

“Sediakan semua barang yang mereka ingin beli, dan itu akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tukas dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*